Ketika kita berwisata ke suatu daerah, hal yang tidak luput dari tujuan adalah selain pesona alamnya, juga kuliner yang ada di daerah tersebut. Melalui kuliner tersebut, maka dapat diketahui akan budaya serta hasil alam yang melimpah di daerah tersebut. Menurut survei yang dilakukan oleh Taste Atlas yang menyatakan bahwa 4,51% pembaca memilih hidangan dari pulau Jawa merupakan hidangan terfavorit, yaitu seperti rawon, pecel, batagor, soto betawi dan bubur ayam. Jika dilihat dari jenis menu yang menjadi pilihan terfavorit pembaca Taste Atlas di atas, ada satu menu yang berasal dari Jawa Timur, yaitu rawon. Melihat dari besarnya minat masyarakat akan makanan tersebut, maka kami Akademi Kuliner dan Patiseri OTTIMMO Internasional melakukan edukasi kepada masyarakat dengan menyajikan hidangan yang berbahan dasar kluwek tersebut menjadi sajian ala hotel bintang lima.
Melalui kegiatan Bursa Pariwisata yang telah diadakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur tahun 2024, OTTIMMO International berpartisipasi melalui talkshow dan cooking demo pada hari Sabtu, 25 Mei 2024 yang berlokasi di panggung Exhibition Center Grand City Mall Surabaya. Di dalam kegiatan yang berlangsung selama 3 jam tersebut OTTIMMO International membuka dengan sesi pengenalan institusi melalui presentasi yang dibawakan oleh public relations OTTIMMO International, setelah itu dilanjutkan dengan talkshow mengenai gastronomi makanan khas Jawa Timur. Acara talkshow yang di bawakan oleh dua dosen dari OTTIMMO tersebut memberikan pemahaman kepada pengunjung mengenai keanekaragaman makanan khas Jawa Timur, serta peningkatan nilai jual makanan tradisional tersebut dengan melalui metode molekular gastronomi. Senada dengan materi yang telah disampaikan oleh kedua dosen tersebut, di akhir sesi acara tersebut, diadakan cooking demo dengan menyajikan dua makanan khas Jawa Timur, yaitu Ayam Lodho khas Tulungagung dan Rawon (Black Soup). Tentunya kedua masakan tersebut diolah dengan cara yang tidak biasa, yaitu menggunakan metode molekular gastronomi, sehingga tampilan dari hasil masakan tersebut terlihat seperti makanan di restoran internasional.
Menurut Nadira mahasiswa tingkat dua angkatan Genoa menyatakan alasan memilih menu tersebut :
“Karena kedua makanan itu merupakan masakan otentik dari Jawa Timur, selain itu pada saat ini banyak digemari oleh masyarakat. Jadi kenapa kita tidak kreasikan makanan tersebut menjadi makanan yang mempunyai nilai jual yang bagus”
Respon dari pengunjung yang menyaksikan kegiatan tersebut cukup baik, beberapa orang terlihat antusias hingga sering melontarkan beberapa pertanyaan. Melalui kreasi-kreasi dari tangan kreatif, semoga hidangan Jawa Timur semakin dapat dikenal dan digemari oleh masyarakat baik dari Indonesia, hingga mancanegara. (Baresa/Humas)